WAE MUSUR MENURUT PERSPEKTIF CENGKA CIKO.

OLEH : EPIFANUS MANTO, S.I.Pem

(Repost Edisi 1 Agustus 2016)

Sangat istimewa ketika Manggarai Timur mengangkat Cengka Ciko sebagai sebuah ideologi dari cita cita  perjuangan pemekarannya. Segala konsep dan juga harapan tertuang dalam satu tujuan bersama menhendaki segala ciko harus di cengka. Kakor lalong cengka ciko. Bukan lagi tentang persamaan nasib bahwa kita sama-sama telah menyepakati melalui otoritas para pejuang lalu memekarkan wilayah otonom baru dengan nama kabupaten manggarai timur, tetapi tentang lalong yang telah kakor demi cengka ciko.

Awal pemekaran, cengka ciko merupakan cita cita keseluruhan masyarakat menggarai timur ditengah kegandrungannya menatap realita pembangunan. Namun seiring jalannya waktu  cengka ciko hanya menjadi fasilitas politik demi kekuasaan. Cengka ciko bukan lagi harapan tetapi wacana bagi sebagian wilayah ciko dan  janji politik semata.

Kaca mata eksekutive, legislative semuanya terpadu dalam kaca mata politik. seakan buram menatap realita yang sampai hari hari ini masih sebatas harapan.. bukan tentang diskriminasi atau tentang janji politik tetapi tentang kepedulian sebagai seorang manusia yang diangkat lalu bersumpah atas nama rakyat dengan cengka ciko sebagai ideologinya.

p

wae musur dalam kaca mata para jelata, kini tak punya arah yang jelas. Sedih dan menyakitkan. Lalu, bagaimana dengan cengka ciko. Bukankah wae musur termasuk ciko yang harus dicengka? Lalu bagaimana dengan berbagai wacana yang selama ini terdengar?

Apa kabar janji politik yang terbangun? Lalu bagaimana dengan beberapa wilayah yang sarananya terbangun atas dasar janji politik? Salahkah jika kita menuntut perlakuan yang sama dengan mereka-mereka yang telah menikmatinya?

Semakin jauh menatap semakin banyak pertantanyaan yang akan muncul. Lalu siapa yang harus menjawab kalau bukan mereka mereka yang telah diutus sebagai penyalur aspirasi dan punya otoritas? Haruskah kita kembali membuka catatan sejarah tentang cita cita pemekaran?

Wae musur seharusnya menjadi bagian terpenting dalam sejarah pemekaran manggarai timur. Masih teringat dalam sanubari masyarakat sebelah wae musur sebelum pemekaran kabupaten manggarai timur, sangat jelas janji politik dari sang pejuang pemekaran manggarai timur Bpk. Cristian Rotok dalam kunjungan kerjanya disebuah desa sebelah wae musur bahwa akan segera dibangun jembatan, jalan raya dan juga fasilitas lain yang menunjang kebutuhan masyarakat. Namun, waktu yang sama dia lebih memprioritaskan kepentingan masyarakat umum  yang sekarang menjadi wilayah administrasi kabupaten manggarai timur untuk diperjuangkan. Ini patut diapresiasi.

Namun bagaimana selanjudnya….
Dua periode menjabat sebagai the number one of kabupaten manggarai timur, prioaritas pembangunan justru berbalik arah. Kuni agu kalo menjadi prioritas tanpa menyadari kontrak politik yang jelas pernah terbangun. Bagi wae musur cengka ciko bukan lagi solusi melainkan mimpi buruk.// Editor: AK-FE.01

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *