Bahasa Sebagai Entitas Diri

Oleh:
YOHANES H.SAHAJA

“Entah sadar atau tidak, sebetulnya mereka itu adalah virus yang dapat menghilangkan esensi bahasa setempat dan implikasinya dapat mengkocar-kacir esensi bahasa asli Flores. Suatu kewatiran jika hal ini terus dilakukan, maka bahasa ibu atau daerah orang Flores dapat punah”

 
Bahasa atau dialek merupakan cermin identitas diri setiap pribadi. Bahasa atau dialek sangat memengaruhi eksistensi serta resistensi diri pribadi tertentu. Dalam dialek dan bahasa tersirat makna yang mendalam. Karena bahasa maupun dialek, seseorang dapat diketahui dari mana ia berasal. Karena itu, bahasa dan dialek sangat urgen dalam realitas kehidupan manusia.
Keseringan mendengar tutur bahasa atau dialek seseorang dapat mengetahui identitas atau objektivitas diri seseorang. Pemahaman tentang bahasa maupun dialek sangatlah baku. Bahasa secara leksikal dapat diartikan sebagai lambang bunyi yang arbitrer digunakan oleh masyarakat setempat untuk bekerjasama dan berinteraksi. Karena itu, penggunaan bahasa dalam masyarakat setempat dapat mengetahui identitas masyarakat tersebut. Sedangakan, dialek merupakan variasi bahasa yang berbeda-beda digunakan oleh pemakai. Dengan demikian, pemahaman tentang bahasa maupun dialek sangat bergantung pada daerah atau masyarakat tertentu yang mendiami daerah tertentu.

Fenemona User Language
p

Saban hari penggunaan bahasa di setiap daerah menjadi amburadul. Serapan bahasa dari daerah tertentu malah memperlemah entitas diri masyarakat di daerah tertentu. Kerapkali banyak orang yang menggunakan bahasa atau dialek dari daerah tertentu. Hal ini menandakan bahwa ciri khas kedaerahanya dapat diragukan. Fenomena serapan ini terjadi karena orang-orang yang pernah bermigrasi ke daerah tertentu. Sebut saja dialek dan bahasa jawa yang diserap secara mentah oleh orang tertentu dapat menimbulkan kejanggalan bagi yang mendengarnya. Contoh bahasa Jawa yang seringkali digunakan oleh orang yang non Jawa adalah, engga opo mas.Kalimat sederhana seperti ini tampak biasa-biasa saja, namun dapat berdampak negatif bagi para pendengar yang non jawa. Atau bisa jadi orang jawa asli sangat tersinggung dengan penggunaan bahasa asli mereka oleh orang yang non jawa. Tidak kalah penting juga fenomena penggunaan bahasa Timor oleh kalangan tertentu yang non Timor di daerah Flores. Memang tidak salah, ketika asumsi lazim dari setiap orang, bahwa penggunaan bahasa Kupang sangat indah dan menarik.
Namun, kenyataan ini kalau dipandang dari perspektif language sangat memengaruhi resistensi lokalitas pribadi tertentu. Toh sama seperti orang Flores yang menggunakan bahasa Timor akan berimplikasi pada minimalisasi esensi bahasa. Orang Flores yang menggunakan bahasa Timor/Kupang secara tidak sadar akan menghilangkan esensi bahasa lokal kefloresannya.
Anehnya, penggunaan bahasa Timor di daratan Flores seringkali diakomodasi oleh para pelajar yang mengenyam pendidikan di daerah tersebut. Entah sadar atau tidak, sebetulnya mereka itu adalah virus yang dapat menghilangkan esensi bahasa setempat dan implikasinya dapat mengkocar-kacir esensi bahasa asli Flores. Suatu kewatiran jika hal ini terus dilakukan, maka bahasa ibu atau daerah orang Flores dapat punah.

* * *

  • Redaksi Tidak Betanggung Jawab Atas Segala Dampak Dan Akibat Dari Diterbitkannya Tulisan Ini.
  • Tanggung Jawab Atas Diterbitkannya Tulisan Ini Sepenuhnya Menjadi Tanggung Jawab Penulis

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *