Pengelolaan Dana HOK Desa Golo Wune Diduga Tidak Transparan

Borong, Floreseditorial.com – Pengelolaan dana desa tahap II khusus untuk dana harian orang kerja (HOK) diduga dikelola tidak transparan, demikian tutur salah seorang warga desa Golo Wune yang namanya tidak mau dimediakan , kepada Floreseditorial.com, Jumat (13/01/2017) mengatakan,  mereka sebagai masyarakat desa Golo Wune tidak dilibatkan untuk mengerjakan pengerjaan ganti pipa air minum dan pengerjaan  bak air  yang dananya bersumber dari dana desa kami.
“Padahal yang kami ketahui, dana untuk hari orang kerja (HOK) pengerjaan instalasi pipa air itu swakelola. Itu artinya melibatkan semua masyarakat desa. Tetapi kenyataannya hanya dikerjakan segelintir orang saja.”kata salah seorang warga.
Dia melanjutkan, bahwa dirinya sebagai masyarakat desa ingin bekerja. Tetapi karena tidak ada informasi dari pihak pengelola kerja. “Juga kami tidak mengetahui jumlah dana untuk harian orang kerjanya berapa. Tidak ada kejelasan dan keterbukaan dari pemerintah terkait dengan dana desa tahap II khususnya untuk hari orang kerja (HOK). Kami cukup kecewa dengan pemerintah desa golo Wune”tuturnya.
Dia berharap kepada Pemkab Matim atau dinas terkait untuk turun lapangan mencek pengelolaan dana desa tahap II di desa Golo Wune. “Karena kami sebagai masyarakat ingin mendapat kejelasan, terkait pengelolaan dama desa tahap II” katanya.

p
Baca Juga:
Kepsek Rangkap Jabatan BPD, Kadis PK dan Kadis PMD Matim Beda Pendapat
Polisi Diminta Cepat Tangani Kasus Sengketa Lahan di Lamba Leda

Lebih dalam dia mengatakan “Bandingkan dengan dana desa tahap satu untuk hok dikelola secara swakelola. Itu direalisasikan. Pengerjaan saluran drainase dana desa tahap satu dikerjakan seluruh warga desa. Dana desa dirasakan oleh seluruh masyarakat. Di sini ada keterbukaan. Pada tahap II ini, masyarakat mau bekerja tetapi tidak ada keterbukaan jumlah dana untuk hari orang kerja itu berapa ” Ujarnya
Pada tempat terpisah, Yuvens Jana, ketua TPK saat dikonfirmasi Floreseditorial.com di kediamannya mengatakan sebenarnya pengerjaan pergantian instalasi pipa  melibatkan masyarakat. Tetapi, kami susah cari masyarakat yang mau bekerja. Saya sudah informasikan ke semua masyarakat, tetapi masyarakat tidak ada waktu untuk ikut kerja, karena banyak menyelesaikan pekerjaan sendiri.
Dia melanjutkan, untuk tenaga kerja yang sudah bekerja tetapi mundur lagi, itu disebabkan menurut mereka upahnya kecil. Mereka lebih memilih untuk kerja di luar.
Pada tempat terpisah, salah seorang ketua RT, di kediamanya, Jumat (13/01) kepada Wartawan mengatakan bahwa dirinya sebagai ketua RT juga tidak mengetahui jumlah dana untuk harian orang kerja (HOK) dana desa tahap II kali ini.
“Yang buat kami kecewa dan bingung, pengerjaan pergantian pipa dan bak air minum hanya melibatkan orang-orang tertentu saja”, tutur ketua RT yang tidak mau disebutkan namanya ini.
Dia juga mengatakan nahwa hal berbeda ditemukan dengan pengelolaan dana desa tahap I, sebelum pengerjaan ada rapat di tingkat desa.
“Dana desa tahap I untuk HOK nya, swakelola ada rapat di desa dan pengerjaan melibatkan seluruh masyarakat, serta jumlah dananya diketahui oleh semua masyarakat desa. Sehingga masyarakat tahu bahwa dananya sekian.” Akunya.
Dia juga mempertanyakan bagaimana mereka mau ikut kerja, sementara tidak ada rapat di tingkat desa. Sehingga jumlah dana desa tahap II untuk HOK tidak mereka ketahui.
“Semestinya rapat dulu. Dana desa untuk hari orang kerja kan swakelola. Kami tidak ikut kerja bukan karena tidak ada waktu dan upahnya kecil. Tetapi karena memang kami tidak ada rapat seperti dana desa tahap I” Ujarnya.
Ketua RT ini berharap kepada Pemkab Matim agar mengecek pengelolaan dana desa di Golo Wune. “Kami butuh kejelasan dan keterbukaan dalam pengelolaan dana desa”.tutupnya. (Nans-FE)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *